TSUNAMI DAN BANGSA JEPANG

“Bumi Memberi Kehidupan Dan Mengambil Kehidupan Melalui Caranya Sendiri.” – Djajendra

Kata Tsunami berasal dari bahasa Jepang; tsu artinya pelabuhan, nami artinya gelombang, Tsunami berarti ombak besar dari pelabuhan. Kita semua bisa menyaksikan betapa dahsyatnya gelombang air laut menyapu habis sebagian daratan Jepang. Banyak teori ilmu bumi mengatakan bahwa Tsunami disebabkan oleh gempa bumi yang berpusat di bawah laut, letusan gunung berapi di bawah laut, lempengan bumi yang bergerak, atau longsoran gunung yang masuk ke dalam laut. Yang pasti dampak Tsunami sangat luar biasa merusak dan kehadirannya sangat sulit diperkirakan. Realitas memperlihatkan bahwa setiap kali Tsunami datang pasti membawa korban manusia dalam jumlah yang sangat besar.

Sejarah mencatat bahwa generasi masa lalu dari masyarakat  Jepang telah memiliki pengalaman dengan Tsunami. Jepang adalah wilayah yang paling sering mendapatkan goncangan dari dasar bumi dan dari dasar laut. Oleh karena itu, pemerintah Jepang sudah mengantisipasi Tsunami, serta telah mempersiapkan infrastruktur dan mental masyarakatnya untuk menghadapi bencana Tsunami dan gempa bumi. Manajemen risiko telah dijalankan dengan sangat baik, dan Jepang merupakan salah satu negara termaju dalam hal penanganan Tsunami dan gempa bumi. Tapi, kalau saya melihat realitas dari kerusakan akibat Tsunami dan gempa bumi di Jepang, saya berpendapat bahwa secerdas-cerdasnya manusia bumi masih jauh lebih cerdas. Kerusakan yang terlihat ini pasti akan menimbulkan biaya perbaikan yang tak terhitung; yang pasti, setelah bencana, pemerintah Jepang akan melakukan pembangunan besar-besaran untuk menormalkan kembali semua keadaan.

Dunia memberitakan bahwa masyarakat di Jepang selama bencana ini berperilaku saling tolong menolong dan saling membantu diantara mereka; sangat berdisiplin dan patuh pada aturan, termasuk tetap antri untuk mengambil makanan dan minuman dalam ketidakpastian; mereka tetap membungkukkan tubuh sambil mengucapkan arigato gozaimashu atas semua kebaikan yang mereka terima dari keadaan setelah bencana maha dahsyat ini; dan tidak ada penjarahan atau pun pencurian yang dilakukan oleh warga dalam keadaan darurat ini. Semoga saja keadaan baik ini bisa tetap terpelihara, serta dapat memberikan inspirasi dan motivasi positif  bagi kita semua.

Gempa bumi bermagnitud 9,0 plus gelombang besar Tsunami yang terjadi pada Jumat, 11 Maret 2011, telah membuat beberapa Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir rusak berat dan diberitakan telah mengeluarkan radiasi nuklir, serta berpotensi membahayakan kesehatan masyarakat di sekitar lokasi kejadian. Kejadian ini membuktikan bahwa perencanaan pembangunan PLTN ini gagal memperhitungkan risiko Tsunami dan gempa bumi seperti yang terjadi pada Jumat, 11 Maret 2011. Oleh karena itu,  Apa pun alasannya pembangunan semua hal yang terkait kepada nuklir seharusnya direncanakan secara lebih baik melalui manajemen risiko yang teruji secara baik, agar kejadian seperti saat ini tidak terulang lagi di masa depan. Radiasi nuklir dipercaya sangat berbahaya bagi kesehatan dan eksistensi masa depan manusia.

Membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di daratan rawan gempa dan Tsunami haruslah sangat berhati-hati, dan harus selalu mempertimbangkan berbagai dampak dan risikonya. Kita semua memahami bahwa pemerintah Jepang sedang bekerja keras menyelamatkan orang-orang dari bahaya radiasi nuklir tersebut. Jelas,  sekarang ini ancaman bahaya radiasi nuklir dari kerusakan PLTN di Jepang itu telah memicu kegelisahan masyarakat global dan juga kegelisahan warga Jepang. Kita semua hanya bisa berdoa dan berharap agar bahaya radiasi nuklir Jepang bisa secepatnya dikendalikan agar tidak menyebar kemana-mana.

Untuk training hubungi www.djajendra-motivator.com