KONFLIK ABADI

Konflik Abadi

“Ketika toleransi menjadi tabu, maka perbedaan dan keragaman akan menjadi akar dari berbagai bentuk konflik.” – Djajendra

Tidak semua konflik dapat diselesaikan melalui negosiasi atau pun dialog. Ada konflik – konflik tertentu yang  bersifat abadi dan tidak mungkin dapat diselesaikan. Konflik abadi akan selalu hadir bersama emosi yang turun naik, dan secara fundamental perbedaan yang ada sudah tidak mungkin dapat diselesaikan dengan cara apa pun.

Konflik abadi muncul dari perbedaan nilai-nilai keyakinan yang diperkuat melalui mitos dan sejarah masa lalu. Sehingga orang-orang dengan latar belakang budaya, keyakinan dan kehidupan sosial yang berbeda akan ngotot dengan kebenaran mutlak atas nilai-nilai keyakinannya. Hasilnya, ruang untuk bertoleransi akan hilang, dan ruang untuk dialog pun hanya akan menjadi tempat untuk memperkuat argumentasi atas kehebatan nilai-nilai yang diyakini.

Kecerdasan sosial untuk memahami keragaman dan perbedaan adalah sebuah nilai tambah untuk menciptakan keharmonisan hidup. Kecerdasan sosial diperlukan dari hati nurani yang paling tulus, agar tidak membiarkan konflik menjadi saling merusak. Kecerdasan sosial hanya dapat dimiliki, setelah diri dari masing-masing orang yang berkonflik, menjadi cerdas secara emosional. Dan saat orang-orang yang berkonflik mampu menjadi cerdas secara emosional, maka kemungkinan konflik akan hilang dan tergantikan dengan keharmonisan dalam toleransi kehidupan sosial.

Tantangannya, tidak semua orang mampu memiliki kecerdasan sosial untuk memahami keragaman dan perbedaan. Sebab, mental dan emosi mereka telah terikat dengan mitos dari keyakinan hidup mereka. Oleh karena itu, diperlukan aturan dan hukum yang tegas, untuk mengendalikan semua orang, agar dapat menahan emosi dan tidak memperuncing konflik yang ada. Aturan dan hukum harus dijalankan dengan kekuatan integritas, yang bertujuan untuk menciptakan kedamaian sosial di wilayah konflik.

Bila emosional dari orang-orang berkonflik tidak pernah cerdas, maka konflik abadi akan tetap abadi. Dan, tidak mungkin dapat dibangun empati dari kesadaran masing-masing pihak untuk saling mengawasi, agar masing-masing pihak yang berbeda tidak menciptakan  situasi yang tegang dan ricuh.

Konflik abadi akan menggantikan sukacita dengan dukacita. Dan setiap orang yang kalah dalam konflik akan menggantikan kesenangan dengan derita. Demikian juga, dengan para pemenang konflik akan menggantikan kenyamanan dengan rasa permusuhan dalam perasaan benci. Konflik abadi akan menghapus perasaan bahagia dari hati semua orang. Toleransi akan dilihat sebagai musuh, karena mereka takut keluar dari kotak zona nyaman aturan yang mereka yakini.

Konflik abadi dihasilkan dari wawasan kehidupan yang paling sempit, dari ukuran kehidupan yang dianggap paling benar. Ruang untuk perubahan tidaklah pernah tersedia, karena yang benar adalah sesuatu yang dianggap mutlak, dan tanpa toleransi.

Untuk training www.djajendra-motivator.com