“Perubahan Dari Budaya Lama Ke Budaya Baru Memerlukan Infrastruktur Yang Kuat Untuk Mendukung Proses Perubahan.” – Djajendra
Perubahan tidak selalu diterima dengan jujur, pasti akan ada pihak-pihak yang memperkuat diri dan kelompok untuk melawan perubahan. Orang-orang yang merasa nyaman dengan kebiasaan lama akan berupaya keras untuk menggagalkan perubahan.
Ketika saya di undang untuk memberikan motivasi dan pencerahan tentang good corporate governance di sebuah perusahaan di Purwakarta. Pimpinan tertinggi perusahaan tersebut sedang jatuh cinta kepada prinsip-prinsip good corporate governance, dan dia berupaya keras untuk menjalankan budaya good corporate governance di perusahaannya dengan sebaik mungkin.
Untuk menjalankan budaya good corporate governance diperlukan kontribusi dan tanggung jawab dari setiap stakeholders. Dalam konteks di internal perusahaan diperlukan kontribusi dan tanggung jawab dari setiap level karyawan dan pimpinan dengan integritas tinggi.
Di kelas saya ini, ada sebagian dari peserta merasa takut dengan budaya good corporate governance, mereka telah terbiasa dengan budaya kerja yang lama, dan berpikir bahwa budaya good corporate governance hanya akan menambah masalah baru. Artinya, ada penolakan terhadap sikap proaktif pimpinan tertinggi untuk membudayakan nilai-nilai good corporate governance di perusahaan.
Penolakan terhadap nilai-nilai baru adalah persoalan yang sangat serius dalam sebuah perubahan. Sebab, sebuah perubahan hanya akan berlangsung dengan baik bila setiap orang merasa ikhlas, tulus, dan bertanggung jawab untuk memberikan kontribusi buat perubahan.
Bila setiap orang di internal perusahaan merasa terpanggil untuk memberikan kontribusi terhadap perubahan, maka perubahan akan memiliki energi untuk mewujudkan perusahaan dengan budaya good corporate governance.
Ketika seseorang merasa nyaman dengan situasi sekarang, maka dengan segenap kekuatan dia akan menolak perubahan. Tetapi, ketika dia sedang berada pada posisi yang tidak nyaman, maka dia pasti menyambut perubahan dengan senang hati. Artinya, perubahan sangat bergantung kepada kepentingan, dan tidak mungkin setiap orang akan suka dengan perubahan.
Perubahan harus dimulai dengan mempersiapkan infrastruktur yang siap mendukung semua proses perubahan. Dalam hal good corporate governance, perubahan harus dimulai dengan mempersiapkan mind set dari setiap orang di internal perusahaan untuk menerima budaya good corporate governance dengan sepenuh hati.
- Siapkan mind set para pemegang saham untuk memiliki etika, integritas, tanggung jawab, serta patuh pada budaya good corporate governance.
- Siapkan mind set para komisaris dengan sebuah panduan (sop, job desk, etika, code of conduct) yang menjelaskan batas-batas tugas dan tanggung jawab komisaris.
- Siapkan mind set para direksi dengan sebuah panduan (sop, job desk, etika, code of conduct) yang menjelaskan batas-batas tugas dan tanggung jawab direksi.
- Siapkan mind set para manajer dengan sebuah panduan(sop, job desk, etika, code of conduct) yang menjelaskan batas-batas tugas dan tanggung jawab manajer.
- Siapkan mind set para karyawan dengan sebuah panduan(sop, job desk, etika, code of conduct) yang menjelaskan batas-batas tugas dan tanggung jawab karyawan.
Setelah semua infrastruktur good corporate governance terbangun dengan sempurna, perusahaan perlu mengundang para motivator secara rutin untuk menginternalisasikan nilai-nilai etika bisnis dan code of conduct dalam wujud the best practices di semua aspek organisasi, manajemen, bisnis, dan sumber daya manusia. Bila tidak, orang-orang berpotensi untuk kembali bermain dengan praktik budaya bad corporate governance. Hal ini disebabkan, tidak semua stakeholders di luar perusahaan memiliki ketertarikan dengan budaya good corporate governance, jadi perusahaan harus secara rutin memberikan kekuatan kepada setiap orang di internal perusahaan untuk memiliki integritas dan tanggung jawab terhadap budaya good corporate governance.
Untuk training/seminar hubungi www.djajendra-motivator.com