Site icon MOTIVASI DJAJENDRA

MEMBUDAYAKAN RASA SYUKUR DAN TERIMA KASIH DI TEMPAT KERJA

“Ketika setiap pagi Anda memancarkan rasa syukur dan terima kasih di tempat kerja, maka energi baik Anda itu akan menginspirasi orang-orang di sekitar Anda menjadi lebih bersemangat untuk meningkatkan kinerja.”~Djajendra

Memiliki pekerjaan adalah sebuah anugerah yang wajib disyukuri. Tidak semua orang bisa mendapatkan pekerjaan dengan gaji bulanan yang tetap. Sangat banyak orang berharap dan berdoa untuk mendapatkan sebuah pekerjaan dengan gaji tetap. Tetapi, kita semua tahu bahwa jumlah pekerjaan di perusahaan dan di instansi pemerintah itu terbatas, orang-orang yang mencari pekerjaan jumlahnya sangat banyak sehingga diperlukan kompetisi yang ketat untuk bisa memiliki pekerjaan dengan gaji tetap. Intinya, tidak semua orang yang sudah sekolah tinggi-tinggi bisa mendapatkan pekerjaan dengan gaji tetap. Jadi, apakah tidak seharusnya Anda bersyukur dan berterima kasih untuk pekerjaan dengan gaji tetap yang sudah Anda miliki sekarang?

Adalah sebuah kenyataan bahwa orang-orang sering kehilangan rasa syukur di tempat kerja. Padahal untuk mendapatkan pekerjaan tersebut mereka sudah mengikuti berbagai proses seleksi yang ketat, dan sudah memenangkan di langkah pertama. Sayangnya, di langkah-langkah selanjutnya, mereka seperti menjadi orang yang kalah dengan realitas kerja, menjadi orang yang tidak bahagia di tempat kerja. Menjadi seperti orang yang kehilangan akal sehat untuk unjuk kinerja, dan lebih sering unjuk rasa. Semua ini terjadi karena hilangnya rasa syukur dan terima kasih dengan pekerjaan yang sudah didapatkan dengan tidak mudah.

Ketidakmampuan untuk bersyukur dan berterima kasih dengan pekerjaan yang dimiliki membawa dampak buruk bagi budaya kerja. Memang tidak semua orang memiliki hati nurani yang positif untuk mensyukuri dan berterima kasih dengan kebaikan yang didapatkan dari pekerjaan tersebut. Perilaku buruk seperti keluh kesah dan hitung-hitungan untuk berkontribusi menjadi energi negatif bagi penguatan budaya kerja. Di sinilah diperlukan peran kepemimpinan untuk membudayakan rasa syukur dan terima kasih di dalam perilaku kerja setiap karyawan.

Ketika setiap pagi Anda memancarkan rasa syukur dan terima kasih di tempat kerja, maka energi baik Anda itu akan menginspirasi orang-orang di sekitar Anda menjadi lebih bersemangat untuk meningkatkan kinerja. Jelas, kondisi ini meningkatkan kehebatan budaya kerja dan sekaligus mempromosikan budaya kerja yang sehat di tempat kerja.

Ketika rasa syukur dan terima kasih hilang, maka semua kekuatan tidak baik pasti menguasai lingkungan kerja. Dampaknya, orang-orang memiliki kebiasaan bekerja dengan rasa takut, khawatir, hitung-hitungan, marah, kesal, merasa diperlakukan tidak adil, merasa gaji terlalu kecil, dan suka mengekspresikan perilaku tidak terpuji di lingkungan kerja. Jadi, hal ini menjadi perusak budaya kerja, dan perusahaan juga sulit meningkatkan kinerja bersama orang-orang yang tidak bersyukur dan berterima kasih.

Sangat banyak orang-orang yang berpendidikan tinggi bekerja tanpa gaji tetap, dan mereka tidak pernah berhenti mencari pekerjaan untuk mendapatkan gaji tetap. Kadang-kadang, mereka mau menerima pekerjaan bergaji tetap yang disiapkan untuk level pendidikan rendah. Bekerja dengan gaji tetap dan fasilitas yang memenuhi kebutuhan hidup haruslah disikapi dengan rasa syukur yang tinggi. Ingat, bahwa sangat banyak orang yang berharap dan berdoa untuk sebuah gaji tetap dan fasilitas terbaik, dan Anda yang sudah memilikinya jangan menyia-nyiakannya dengan perilaku yang tidak bersyukur dan tidak berterima kasih.

Budayakan dan biasakan kata terima kasih di tempat kerja. Ucapkan kata terima kasih dalam semua interaksi dan proses kerja kepada kolega, bawahan, atasan, pelanggan, dan semua stakeholder lainnya. Sering-seringlah mengucapkan kata terima kasih. Ucapan terima kasih dari hati yang tulus menguatkan energi baik di tempat kerja. Energi baik ini menjadi dasar untuk penguatan budaya kerja.

Budaya bersyukur dan berterima kasih di tempat kerja meningkatkan produktivitas dan kinerja. Orang-orang yang bersyukur selalu sadar dan termotivasi untuk bekerja tanpa hitung-hitungan dan selalu memberi lebih dari yang diharapkan. Rasa syukur meningkatkan suasana hati menjadi lebih positif. Rasa syukur dan terima kasih menjadikan hidup Anda selalu sehat secara fisik, mental, dan spiritual. Rasa syukur dan terima kasih adalah obat anti stres yang paling hebat, sehingga hidup Anda memiliki ketahanan mental yang lebih hebat dan kuat di tempat kerja.

Membudayakan rasa syukur dan terima kasih di tempat kerja berarti menghilangkan budaya negatif di tempat kerja. Artinya, emosi negatif, seperti: kebencian, iri hati, dengki, malas, dan kurang tanggung jawab akan lenyap oleh budaya rasa syukur.

Budaya rasa syukur di tempat kerja menularkan energi baik sehingga dalam kehidupan kerja sehari-hari terlihat saling menghargai, saling membantu, saling berterima kasih, saling bertanggung jawab, dan saling menginspirasi dengan keteladanan yang terpuji.

Membangun budaya rasa syukur dan terima kasih di tempat kerja harus dimulai dari semua pihak dengan kesadaran yang tinggi untuk mencapai kinerja terbaik. Para pemimpin di semua level dan para karyawan di semua level harus memberikan kontribusi untuk terwujudnya budaya rasa syukur di tempat kerja. Semua pihak di internal perusahaan harus dengan tulus dan sepenuh hati mengungkapkan rasa syukur dan rasa terima kasih di lingkungan kerja. Semua orang di tempat kerja harus mampu meningkatkan kepuasan kerja. Perilaku dan sikap yang bersyukur selalu memiliki kekuatan untuk menunjukkan penghargaan kepada yang lain. Perilaku dan sikap yang bersyukur selalu memiliki kekuatan untuk mencintai dan menghargai pekerjaan yang dimiliki dengan kerja keras.

Untuk training hubungi www.djajendra-motivator.com

Exit mobile version