“Ketika semakin banyak orang lebih mengkhawatirkan dirinya daripada perusahaannya, maka budaya perusahaan semakin hari semakin tak berdaya untuk menjaga keunggulan.”~Djajendra
Sikap tidak peduli dan masa bodoh dengan keadaan tidak baik di dalam perusahaan menjadi penyebab utama rusaknya budaya perusahaan. Kebanyakan pegawai tidak ingin terlibat dalam urusan orang lain, mereka sering sekali berpura-pura tidak tahu, atau berpura-pura tidak melihat kejadian-kejadian yang merugikan perusahaan. Mereka takut dibenci ataupun dimusuhi oleh para perusak budaya perusahaan.
Mungkin saja secara normatif perusahaan sudah membangun sistem dan tata kelola yang terbaik untuk memperkuat budaya perusahaan, tetapi perilaku dan sikap negatif dapat merusak budaya perusahaan. Perilaku dan sikap negatif ini bisa datang dari para eksekutif puncak ataupun dari pegawai dilevel tengah dan bawah. Intinya, sumber kerusakan budaya perusahaan bisa muncul dari mana saja; bisa dari atas, bawah, ataupun tengah. Apalagi bila semua orang membisu dan tidak peduli dengan realitas buruk di tempat kerja, serta membiarkan hal-hal buruk sebagai sebuah kenyataan yang harus diterima, maka kerusakan budaya perusahaan tak terhentikan lagi, akan semakin rusak dan melemahkan perusahaan.
Dalam budaya organisasi yang kuat, orang-orang berani mengatakan kebenaran dan berani menunjukkan yang salah. Sebaliknya, dalam budaya organisasi yang lemah, orang-orang takut berbicara, takut berdebat, takut menyinggung perasaan orang lain, selalu merasa tidak enak untuk melaporkan orang-orang yang merusak budaya perusahaan, serta selalu ragu-ragu dan bersikap tidak mau ikut campur dalam urusan dan perilaku orang lain.
Pada umumnya, orang takut untuk berbicara tentang siapa yang merusak dan apa yang rusak di dalam perusahaan. Bila atasan menjadi sumber perusak budaya, maka pegawai akan menganggap ini hanya pekerjaan dan bukan perusahaannya, sehingga dia lebih memilih menjadi bagian dari atasannya daripada menjadi tulang punggung penguatan budaya perusahaan. Sebab, dia sadar bahwa bila memberitahu atasan tentang kekeliruan atasannya, dia pasti dipecat atau disingkirkan oleh atasannya. Jadi, karena takut dipecat dan disingkirkan, dia pun diam saja dan tidak peduli dengan rusaknya budaya perusahaan.
Diperlukan jiwa besar dari para eksekutif perusahaan, untuk membiarkan orang lain memberitahukan kepada mereka tentang sikap dan perilaku mereka, yang berpotensi merusak budaya perusahaan. Bila para eksekutif tidak memiliki jiwa besar dan tidak berniat menguatkan budaya perusahaan, maka mereka akan menjadi orang-orang yang paling menakutkan, sehingga kebenaran tidak akan pernah muncul untuk memperbaiki kerusakan budaya perusahaan.
Ketika orang-orang di tempat kerja memposisikan dirinya sebagai pekerja, dan tidak merasa memiliki perusahaan, maka tanggung jawab untuk mengambil tindakan penguatan budaya perusahaan akan hilang. Mereka menjadi pribadi yang tidak bisa mengatakan kebenaran, dan bekerja hanya untuk tujuan memenuhi kebutuhan keuangan bulanan mereka, bukan untuk pencapaian kinerja terbaik.
Dalam budaya perusahaan yang lemah semua orang merasa takut di dalam keterbatasan. Sikap proaktif hilang. Keberanian hilang. Rasa takut selalu menguat dan menghilangkan kepercayaan diri. Tidak ada orang yang berani mengambil kendali, semuanya hanya berani saling melihat, tanpa memiliki sikap yang jelas dan tegas. Semua pegawai lebih suka menjaga diam dan tenang di zona nyaman masing-masing. Mereka hanya berpikir tiap bulan dapat duit untuk memberi makan keluarga dan dirinya. Mereka tidak berpikir tentang masa depan dan keberlanjutan perusahaan. Mereka mencari jalan aman dan tidak mau terlibat dalam menyalahkan atau menghakimi siapapun, mereka takut dibenci dan dimusuhi.
Sikap jinak dan patuh terhadap proses pelemahan budaya perusahaan menjadi penyebab utama runtuhnya sebuah perusahaan. Ketika semakin banyak orang lebih mengkhawatirkan dirinya daripada perusahaannya, maka budaya perusahaan semakin hari semakin tak berdaya untuk menjaga keunggulan perusahaan.
Untuk training hubungi www.djajendra-motivator.com
You must be logged in to post a comment.