BERSAHABAT DENGAN KONFLIK DAN BERKARYA BERSAMANYA
“Siapapun yang melawan dan memusuhi konflik, dia berpotensi merusak diri sendiri. Siapapun yang menjadikan konflik sebagai sahabat, mampu memberikan cinta dan empati untuk mengelola konflik, dia akan menumbuhkan dirinya untuk lebih sukses.”~Djajendra
Mendengar kata konflik orang pasti takut, pasti ingin menghindarinya. Konflik selalu dianggap sebagai bencana, sebagai bahaya yang merusak. Padahal, bila ingin sukses, Anda mesti bersahabat dengan konflik, Anda tidak dapat melarikan diri dari konflik. Sebab, dalam perjalanan dan proses sukses, Anda akan berhadapan dengan berbagai kepentingan, berbagai sikap dan perilaku, berbagai karakter, berbagai perbedaan. Semua itu tidak mungkin menyenangkan hati Anda, bisa mengecewakan hati Anda. Tetapi, bila Anda ingin sukses, ingin berhasil, Anda harus mau bersikap rendah hati dan penuh toleransi, untuk bersahabat dan berkarya dengan semua yang tidak Anda sukai, dengan semua yang menciptakan konflik.
Dalam realitas di tempat kerja, banyak pemimpin sengaja memelihara konflik. Konflik yang sehat dan produktif diperlukan di tempat kerja. Konflik sering sekali, tanpa disadari, menjadi etos di tempat kerja. Orang-orang sukses tidak takut sama konflik, mereka akan menerima konflik, walau banyak hal-hal tidak menyenangkan muncul dari konflik. Perlu diingat, bagi para pemimpin sukses, konflik itu diperlukan, sengaja diciptakan, karena konflik digunakan untuk mengendalikan kepentingannya, untuk membuat semua kepentingan lain tunduk pada kepemimpinannya.
Dalam kehidupan sosial, Anda tidak hidup dengan pikiran Anda sendiri; Anda tidak hidup dengan emosi Anda sendiri; Anda tidak hidup dengan kepentingan Anda sendiri; Anda tidak hidup dengan maunya ego Anda sendiri. Dalam kehidupan sosial, Anda harus hidup bersama ego, kepentingan, sifat, perilaku, karakter, budaya, keyakinan, kepercayaan, mindset, emosi, dan etos dari banyak orang. Oleh karena itu, tidak mungkin Anda bisa menghindari konflik. Apalagi di tempat kerja, Anda tidak mungkin bisa menghindari konflik. Di rumah pun, yang ruang lingkupnya keluarga inti, Anda juga tidak bisa menghindari konflik.
Sangat banyak orang mengeluh dan merasa lelah oleh konflik. Banyak orang menangis dan marah-marah sama konflik. Banyak orang memusuhi dan menjadikan konflik sebagai sesuatu yang harus diperangi terus-menerus. Kalau sudah begini, maka tidak akan pernah ada resolusi untuk menuntaskan konflik. Oleh karena itu, konflik haruslah dijadikan sahabat. Dikenali dengan baik, dipahami sifat-sifatnya, dilayani dengan penuh empati dan toleransi. Bersahabatlah dengan konflik agar konflik selalu membawa resolusi yang cepat, yang membuat Anda bisa tetap tumbuh dan berkembang bersamanya.
Siapapun yang melawan konflik dan memusuhi konflik, maka dia berpotensi merusak diri sendiri. Banyak orang-orang pintar gagal mendapatkan karir yang hebat, karena mereka benci konflik, mereka takut konflik, mereka menghindar dari konflik, dan mereka tidak mampu memecahkan masalah konflik.
Konflik ada untuk dituntaskan dengan solusi yang tepat. Konflik membutuhkan pemecahan masalah, bukan dibenci ataupun ditakuti. Siapapun yang meratapi konflik, dan berharap konflik berlalu begitu saja, secara otomatis; pastilah di sepanjang hidupnya akan gelisah, khawatir, takut, dan hidupnya tidak nyaman. Konflik membutuhkan penyelesaian. Penyelesaian hanya dapat dilakukan kalau menguasai keterampilan, pengetahuan, etos, cara, dan niat baik untuk segera menyelesaikannya.
Pengelolaan konflik yang baik adalah tidak membiarkan konflik itu terlalu membesar. Jadi, sejak kecil, sejak dini, konflik harus segera diselesaikan dan ditemukan solusi yang tepat. Intinya, konflik itu seperti api. Api adalah sahabat manusia selama dia bisa digunakan untuk berbagai keperluan yang membantu kehidupan manusia. Tetapi, bila Api menjadi terlalu besar, tidak terkendali, dia bisa membakar dan menghabiskan semua yang dimiliki manusia.
Bersahabat dengan konflik bertujuan untuk menjinakan, untuk dapat merawatnya sesuai kemauan Anda. Konflik tidak boleh dibiarkan menjadi sesuatu yang liar, bebas, dan sesuka hatinya. Konflik harus diikat dengan prinsip-prisnip kerja yang menyatukan semua orang. Membiarkan konflik tidak terselesaikan akan menyebabkan rusaknya produktivitas, rusaknya efektivitas, rusaknya kreativitas, rusaknya hubungan kerja, rusaknya semangat kerja, rusaknya kolaborasi, rusaknya kerja sama, rusaknya kejujuran, rusaknya kepercayaan. Jadi, ketidakmampuan menyelesaikan konflik berdampak pada rusaknya organisasi secara total, dan berpotensi membuat organisasi tidak berfungsi dengan baik.
Ketidakmampuan mengelola emosi, ketidakmampuan berkomunikasi dengan baik, dan sifat yang ingin menang sendiri, tanpa peduli pada kepentingan atau realitas orang lain, adalah akar dari konflik. Bersahabatlah dengan konflik. Bila Anda lari atau menjauh dari konflik, Anda tidak akan pernah menyelesaikannya, dan konflik akan tumbuh membesar untuk merusak masa depan Anda.
Untuk training hubungi www.djajendra-motivator.com
You must be logged in to post a comment.