MENGATASI DILEMA ETIKA BISNIS DENGAN PERILAKU BAIK

“Kejujuran hanya mampu melihat satu sisi kebenaran, sedangkan etika mampu mempertimbangkan berbagai sisi dan keadaan dari kebenaran.”~Djajendra

Etika adalah cara melayani dan berinteraksi dengan orang lain secara bijak dan profesional. Etika adalah tentang diri yang cerdas terhubung dengan orang lain. Etika bisnis berarti melayani berbagai keadaan dan kepentingan stakeholders dengan penuh integritas.

Etika membutuhkan jiwa yang bijaksana untuk bisa meresap dengan empati ke dalam kompleksitas persoalan. Bila perilaku yang bijak dan penuh empati tidak disiapkan, maka Anda pasti menghadapi dilema etika setiap hari. Dilema etika muncul karena ada keraguan dan ketidaktegasan di dalam diri, saat menghadapi realitas yang tidak sepakat dengan normatif etika.

Panduan etika bisnis perusahaan sebagai standar, serta kode etik perilaku sebagai cara untuk bertindak dan bersikap, tetaplah berada di dalam kekuatan normatif. Padahal, etika bisnis membutuhkan perilaku etis untuk membuat keputusan dan tindakan etis secara teratur. Diperlukan kerangka berpikir dan logika yang tepat, untuk mempengaruhi orang-orang agar mereka secara sukarela menjalankan perilaku etis di setiap situasi dan keadaan bisnis.

Perilaku baik dengan nilai moral yang tinggi pasti menjadi alat untuk mengatasi dilema etika. Dilema etika dapat diatasi dengan kepatuhan untuk memenuhi standar kerja sesuai panduan etika bisnis.

Perilaku etis selalu melestarikan kejujuran, dan bersikap dengan cerdas emosional. Walaupun pikiran menjadi sangat liar dan menciptakan berbagai macam emosional, tetapi etika harus selalu menjadi kekuatan yang terfokus di dalam hati nurani.

Tempat etika bukanlah di pikiran dan emosi, tetapi di dalam hati nurani yang bermoral tinggi. Bila etika ditempatkan dalam pikiran dan emosi, maka ego kreatif pasti muncul untuk mencari peluang dari etika, dan tidak akan mau patuh pada normatif etika.

Etika bukanlah sesuatu untuk ditafsirkan, tetapi untuk dipatuhi dengan penuh tanggung jawab. Hanya orang-orang yang fokus pada kepatuhan yang mampu memiliki perilaku etis, sedangkan yang fokus pada kemajuan, selalu memiliki perilaku yang disesuaikan dengan kebutuhan dari kemajuan tersebut. Jadi, mereka yang fokus pada kemajuan suka mengabaikan etika, dan perilakunya tergantung dengan situasi.

Etika bisnis di perusahaan membutuhkan nilai-nilai yang sama untuk semua orang. Setiap orang wajib menguasai nilai dan prinsip-prinsip, lalu terhubung dengan satu persepsi dan satu perilaku yang etis. Semua orang yang sudah sama nilai dan prinsip-prinsipnya, termasuk persepsi dan keyakinannya, maka dapat menjadi energi positif yang menciptakan kolaborasi untuk mengatasi dilema etika.

Dengan struktur dan sistem yang berkualitas dapat diciptakan lingkungan kerja yang etis. Bila lingkungan kerja sudah beretika, maka perilaku etis secara otomatis menjadi kekuatan yang memperkaya proses bisnis.

Perilaku etis mampu menyerap nilai-nilai positif, dan menjadikannya sebagai etos kerja. Perilaku etis mampu mempertimbangkan berbagai keadaan, kepentingan, situasi, dan stakeholders, supaya dapat melayaninya dengan bijak dan profesional.

Kejujuran hanya mampu melihat satu sisi kebenaran, sedangkan etika mampu mempertimbangkan berbagai sisi dan keadaan kebenaran. Dilema etika harus menjadi fakta dan informasi yang dipertimbangkan secara bijak, lalu membuat keputusan yang masuk akal dan yang tidak menciptakan konflik.

Untuk training hubungi http://www.djajendra-motivator.com