BUDAYA ORGANISASI ADALAH JATI DIRI ORGANISASI

“Kepribadian yang bekerja dengan logis, fokus pada pemecahan masalah, menerima tantangan dengan antusias, dan mengatasi kesulitan dengan akal sehat, akan menjadi kepribadian yang terus-menerus menguatkan budaya organisasi.” ~ Djajendra

Setiap organisasi memiliki ciri-ciri yang unik untuk dapat dibedakan antara satu sama lain. Tidak ada dua organisasi yang sama, dan tidak mungkin sebuah organisasi di kloning mirip dengan yang satunya. Sebab, setiap organisasi hidup dengan membentuk budaya dari sikap, perilaku, karakter, kebiasaan, sistem, tata kelola, dan komunikasi yang unik dari kualitas kepribadian individu-individu, yang berkumpul dan berpengaruh di dalam organisasi tersebut.

Budaya organisasi menampilkan jati diri organisasi. Jati diri ini akan tercipta dari budaya formal dan budaya informal organisasi. Budaya formal adalah budaya yang terikat oleh nilai-nilai resmi organisasi, struktur organisasi, tata kelola yang tertulis, sistem yang tertulis, teknologi, simbol resmi, kepemimpinan formal, rencana kerja, target kerja, dan visi yang diyakini bersama. Sedangkan budaya nonformal adalah budaya yang terikat oleh emosi, pola pikir, kebiasaan individu, praktik kerja yang tidak tertulis, perilaku kelompok; termasuk, warna-warni dari karakter, kepribadian, keyakinan, nilai-nilai hidup, penampilan, dan pemahaman hidup dari masing-masing individu.

Setiap budaya organisasi memiliki cara berkomunikasi dan bahasa yang eksplisit ataupun implisit. Ada yang mempraktikkan komunikasi terbuka dan langsung, sehingga orang-orang di dalam organisasi menjadi lebih terbuka untuk mengekspresikan ide dan pemikirannya. Ada juga organisasi yang mempraktikkan komunikasi tidak langsung, sehingga orang-orang menjadi lebih tertutup, serta tidak memiliki keberanian untuk menyampaikan ide dan pemikirannya. Dan, ada juga organisasi yang mempraktikkan komunikasi langsung dan tidak langsung secara bersamaan, misalnya: di tingkat level pimpinan atas boleh menggunakan komunikasi terbuka, tetapi di tingkat manajer ke bawah tidak diperkenankan komunikasi langsung, hanya diperbolehkan komunikasi tidak langsung.

Komunikasi langsung biasanya penekanan pada isi dan makna yang ditemukan dalam kata-kata yang diucapkan. Sedangkan komunikasi tidak langsung biasanya penekanan pada konteks makna yang ditemukan di sekitar kata-kata.

Cara berpakaian dan penampilan pribadi merupakan bagian dari ekspresi budaya organisasi. Ketika setiap orang di tempat kerja berpakaian untuk sukses, maka setiap orang pasti akan berpenampilan rapi, bersih, serasi, luwes, dan mengikuti aturan berpakaian di tempat kerja. Cara berpakaian akan dilihat oleh pemangku kepentingan sebagai tanda posisi dan reputasi organisasi. Semakin setiap orang di dalam organisasi sadar dan terbiasa berpakaian bersih, rapi, serasi, dan luwes, semakin jati diri organisasi akan dihormati.

Kebiasaan makan siang di tempat kerja merupakan bagian dari ekspresi budaya organisasi. Ada organisasi yang peduli dengan kesehatan pegawainya, sehingga organisasi tersebut membangun kantin atau mengadakan ruang makan di kantor atau di pabrik untuk para karyawan, termasuk semua menu makanan di atur dengan standar gizi yang seimbang. Tetapi, sangat banyak juga organisasi yang tidak menyediakan kantin maupun ruang makan untuk karyawan di tempat kerja, sehingga karyawan harus berkeliling setiap hari dari satu warung ke warung lainnya, untuk menemukan menu sarapan dan makan siang yang sesuai anggaran.

Makan adalah kebutuhan dasar. Apalagi saat seseorang diminta berkarya dan berkinerja maksimal, maka kebutuhan gizi dan pola makan yang sehat haruslah menjadi perhatian organisasi. Dan, makan siang bersama juga bisa dijadikan sebagai pengalaman sosial antar karyawan, antar karyawan dengan pimpinan, maupun antar pimpinan dengan pimpinan. Hal ini bila dijadikan tradisi dalam rutinitas budaya, maka soliditas di tempat kerja akan terwujud dengan alami.

Budaya organisasi yang kuat pasti sadar akan waktu dan nilai uang, sehingga akan muncul istilah waktu adalah uang. Kesadaran akan waktu akan membuat setiap orang bekerja dengan disiplin dan ketekunan, agar apa yang dikerjakan bisa diselesaikan tepat waktu. Di sini, setiap orang akan mempraktikkan nilai-nilai kerja yang terfokus pada upaya untuk menciptakan efektivitas, efisensi, dan produktivitas atas eksistensi mereka di tempat kerja.

Kesadaran akan waktu tidak hanya terbatas pada pekerjaan, tetapi juga kesadaran untuk menggunakan waktu pada peningkatan hubungan antar rekan kerja, keluarga, teman, pimpinan, bawahan, dan pemangku kepentingan lainnya. Waktu yang dimanfaatkan untuk kebaikan dan peningkatan prestasi, akan menjadikan seseorang unggul dan terus tumbuh bersama kemajuan tanpa henti.

Budaya organisasi yang kuat akan meningkatkan loyalitas dan tanggung jawab karyawan dan pimpinan. Semakin kuat dan berwibawa sebuah budaya, semakin tinggi rasa hormat pemangku kepentingan kepada organisasi tersebut. Fokuskan nilai-nilai kerja untuk meningkatkan fakta dan realitas yang mengekspresikan kuatnya tanggung jawab dan loyalitas setiap orang di dalam organisasi. Kejujuran, keandalan, kepercayaan, kebenaran, kepedulian, dan cinta; haruslah muncul dari hati nurani setiap individu, di dalam setiap kontribusi dan pelayanan kepada organisasi dan stakeholders.

Nilai-nilai di dalam kepribadian seseorang biasanya merupakan kombinasi dari nilai-nilai pribadi, nilai-nilai sosial, nilai-nilai kompetensi, nilai-nilai moralitas, dan nilai-nilai yang membuat dirinya terbuka untuk mengubah, agar dapat melakukan peningkatan kualitas diri untuk kehidupan yang lebih baik.

Nilai-nilai kerja haruslah terdefinisikan dengan rinci dan lebih spesifik, sehingga setiap peran dan fungsi dapat menjadikannya sebagai pedoman dalam perilaku kehidupan kerja yang fokus pada kinerja. Bila tidak terinci dan lebih spesifik, maka nilai-nilai lain yang ada di dalam diri seseorang akan mengalahkan nilai-nilai kerja.

Di tempat kerja, nilai dan norma sebaiknya diarahkan bukan berorientasi individu, tetapi lebih berorientasi kelompok. Sebab, bila nilai dan norma terlalu kuat dalam orientasi individu, maka soliditas dan kolaborasi kerja sulit dicapai dengan baik.

Keyakinan dan sikap merupakan tiang dan fondasi budaya organisasi. Budaya organisasi yang kuat bersumber dari keyakinan dan sikap untuk menghormati otoritas dan kekuasaan. Menjaga dan merawat soliditas tatanan sosial di tempat kerja haruslah menjadi kesadaran dan tanggung jawab bersama dari setiap individu. Keyakinan dan sikap yang menantang otoritas dan kepemimpinan di tempat kerja, hanya akan menciptakan kegaduan dan konflik yang terus-menerus, sehingga hal ini akan melemahkan budaya, dan merusak semua potensi sukses organisasi. Jadi, setiap individu haruslah dapat mengontrol diri masing-masing, dan ikhlas untuk bekerja dengan proses dan tata kelola.

Setiap otoritas dan kekuasaan pasti akan ada masa berakhirnya, dan pemilik saham pasti akan menemukan orang-orang yang lebih mampu untuk menjalankan organisasi, dengan merangkul semua kepentingan dalam kebijaksanaan hidup yang harmonis.

Kepribadian yang bekerja dengan logis, fokus pada pemecahan masalah, menerima tantangan dengan antusias, dan mengatasi kesulitan dengan akal sehat, akan menjadi kepribadian yang terus-menerus menguatkan budaya organisasi.

Kebiasaan dan praktek kerja yang terfokus pada tugas, tanggung jawab, prestasi, dan kinerja, akan menjadikan setiap pribadi berkontribusi dengan prestasi dan kinerja tinggi. Bila para karyawan sudah bekerja dengan totalitas, sudah menghasilkan kinerja dan prestasi, maka organisasi wajib untuk memberikan reward berdasarkan prestasi individu.

Jangan sampai prestasi individu terganjal dalam hubungan kerja berdasarkan senioritas. Artinya, yang senior lebih dihargai ketimbang yang junior, walau si junior sudah berprestasi dan berkinerja lebih hebat dari si senior. Budaya yang kuat adalah budaya yang menghargai kontribusi, prestasi, kinerja, dedikasi, tanggung jawab, dan sikap baik kepada organisasi. Senior dan junior adalah persoalan masa kerja, bukan ukuran kinerja ataupun prestasi. Budaya organisasi adalah jati diri organisasi, dan jati diri akan selalu cemerlang bila prestasi dan kinerjanya juga selalu cemerlang.

Untuk training hubungi www.djajendra-motivator.com


Posted

in

,

by

Discover more from MOTIVASI DJAJENDRA

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading