“Nilai-Nilai Kehidupan Yang Baik Dan Buruk Sering Sekali Tergantung Kepada Nilai-Nilai Keyakinan Seseorang.” – Djajendra
Perusahaan atau organisasi yang berkualitas pasti akan memiliki kode etik atau code of conduct untuk memastikan nilai-nilai dan perilaku yang wajib dijalankan oleh setiap orang di tempat kerja. Kode etik berfungsi untuk mengendalikan perilaku dan sekaligus mengikat emosional dari orang-orang di dalam organisasi, khususnya terhadap hubungan dengan stakeholder agar menjadi lebih etis dan saling menguntungkan.
Dalam realitas, para profesional di tempat kerja sering sekali akan merasa sangat sulit beradaptasi dengan kode etik organisasi. Hal ini terjadi karena setiap orang saat berinteraksi dengan organisasi, pekerjaan, dan stakeholder; akan memiliki pengalaman-pengalaman baru yang unik, dan kadang mungkin terlihat bertolak belakang dengan kode etik organisasi. Walaupun sebuah pekerjaan sudah diatur dan dijalankan melalui sebuah sistem dan standar yang baku, tapi perilaku dan emosional manusia yang selalu tidak terduga akan menjadi penyebab utama untuk merusak standar dan kode etik organisasi.
Manusia selalu memiliki kekuatan akal dan logika untuk menjawab berbagai masalah moral dengan fakta-fakta yang ditemui di lapangan. Etika normatif organisasi akan selalu kalah oleh realitas dan fakta. Di mana, realitas dan fakta di lapangan akan dapat menggerakan akal seseorang untuk memenangkan sesuatu tanpa terikat secara kaku pada sebuah kode etik. Sebagai contoh, saat seseorang harus mencari jalan untuk memenangkan sebuah proyek atau pekerjaan, dia akan melakukan cara apapun untuk menang, walau hal itu harus melanggar kode etik organisasi.
Kode etik organisasi atau code of conduct selalu akan beradapan dengan etika kognitif dari persepsi seorang individu sesuai kepentingannya. Etika kognitif adalah etika yang didapatkan melalui mindset, kesadaran, perasaan, mental, emosi, dan kebutuhan seseorang melalui pengalaman sendiri. Tapi, tetap mengedepankan aspek-aspek moral: seperti baik dan buruk berdasarkan pengenalan dan penafsiran diri sendiri atas realitas lingkungan stakeholder. Dalam etika kognitif ini seorang individu akan selalu secara aktif melakukan proses mental atas realitas dan nilai-nilai untuk membenarkan mindset dirinya terhadap kebenaran moralnya tersebut.
Untuk training hubungi www.djajendra-motivator.com