Sudah Cerdaskah Anda Di Tempat Kerja?

“Karyawan Yang Luar Biasa Dalam Hard Skill Harus Diisi Dengan Keluarbiasaan Dari Soft Skill, Agar Keluarbiasaan Hard Skill Tersebut Bisa Mendapatkan Jiwa Yang Tangguh Dari Keluarbiasaan Soft Skill.” – Djajendra

Suatu ketika saya menerima curhat dari seorang manajer. Manajer mengatakan bahwa sudah tiga belas tahun dia bekerja, tapi perhatian atasan kepada dirinya sangat kurang. Dia merasa sangat menguasai bidang pekerjaan sesuai standar internasional. Dia juga merasa sudah sangat patuh pada standar kerja, prosedur, kebijakan, peraturan, etika, dan pada semua teknis administratif di kantornya. Intinya, hard skill manajer sudah sangat excellent dan luar biasa.

Kisah seperti manajer tersebut sebenarnya sangat banyak di tempat kerja. Sering sekali karyawan yang sangat ahli dalam teknis pekerjaan (hard skill) merasa bahwa mereka sudah melakukan hal-hal luar biasa dengan keunggulan kompetensi diri mereka. Padahal keunggulan kompetensi seseorang tidak sekedar bergantung kepada hard skill, tapi juga bergantung kepada keunggulan soft skill. Sikap yang mengagung-agungkan hard skill pada akhirnya akan menjebak diri sendiri. Dan hasilnya, kepuasan kerja akan hilang, stres akan muncul, motivasi akan padam, gairah kerja akan turun, dan kontribusi kepada perusahaan tidak akan maksimal. Karyawan yang luar biasa dalam hard skill harus diisi dengan keluarbiasaan dari soft skill, agar keluarbiasaan hard skill tersebut bisa mendapatkan jiwa yang tangguh dari keluarbiasaan soft skill.

Keterampilan hard skill merupakan keterampilan dasar yang paling mudah untuk diamati, diukur, dan dilatih. Mungkin lebih mudah menguasai pengetahuan akuntansi, finansial, komputer, statistik, marketing, operasional, logistik, audit, matematika, produksi dan hard skill lainnya;  daripada menguasai pengetahuan kecerdasan emosional, pikiran positif, sikap baik, interaksi, pemecahan masalah, penyelesaian konflik, membuat keputusan, motivasi, komunikasi dan soft skill lainnya. Sebab, pengetahuan hard skill sifatnya pasti dan akan terlihat secara kasat mata; sedangkan pengetahuan soft skill sifatnya sangat bergantung kepada situasi dan kondisi, bentuknya pun tidak terlihat secara kasat mata, hanya dapat dirasakan dampaknya dalam jangka panjang.

Kembali kepada curhat manajer. Setelah saya berbicara panjang lebar dengan manajer tersebut, ternyata manajer menganggap enteng kepada keluarbiasaan soft skill, dia merasa hard skill adalah fakta kerja dan mereperesentasikan kemampuan dirinya sesuai harapan perusahaan kepada dirinya. Mind set manajer menggambarkan bahwa manajer lebih mengaggap penting kekuatan dan keunggulan teknis pekerjaan. Jelas, seseorang yang tidak menguasai soft skill dengan sempurna biasanya akan sulit memahami orang lain dan lebih sering terobsesi kepada kehebatan diri sendiri. Kondisi ini akan menjauhkan orang tersebut dari prestasi yang lebih tinggi.

Soft skill diperlukan untuk menjawab peluang dan tantangan di kehidupan sehari-hari di tempat kerja. Perilaku pribadi yang beragam di tempat kerja memerlukan keterampilan soft skill yang mampu membuat diri diterima dan sukses bersama perusahaan. Jadilah pribadi yang cerdas mengamati orang-orang disekitar, pahami semua orang, dan miliki kemampuan untuk bisa bekerja sama dengan siapa pun. Miliki perilaku yang efektif dan produktif dalam sikap baik yang penuh dengan kerendahan hati di aspek apa pun.

Untuk training hubungi www.djajendra-motivator.com