Melihat Singapore Dari Balkon Hotel

“Membangun Kecemerlangan Sebuah Kota Itu Butuh Integritas, Butuh Komitmen, Butuh Kerja Keras, Butuh Konsistensi, Butuh Semangat, Butuh Energi, Butuh Kecerdasan, Butuh Kekuatan Uang, Dan Butuh Kepercayaan Diri.” – Djajendra

Saat saya bilang kepada anak saya bahwa saya ada tugas menjadi pembicara di sebuah acara training di Batam, anak saya langsung menceritakan tentang murahnya harga-harga barang elektronik di Batam. Dan dia pun menitip sebuah hp BB lengkap dengan nomor tipe dan modelnya untuk saya belikan buat dia.

Sore hari setelah menyantap Sop Ikan Batam yang terkenal itu, saya berjalan-jalan di pusat penjualan barang-barang elektronik di Batam. Saya mulai mencari barang pesanan anak saya dari satu toko hp ke toko hp berikutnya. Ternyata harga barangnya sama dengan harga Jakarta, malah kalau pintar nawar mungkin Jakarta menjadi jauh lebih murah. Setelah berkeliling pusat perbelanjaan tersebut harga BB yang dipesan anak saya itu  berselisih 100 ribu rupiah dengan harga di Jakarta. Dan saya konfirmasi kembali kepada anak saya, lalu dia setuju untuk tidak dibeli.

Dari waktu ke waktu pamor kota Batam sebagai tempat membeli barang-barang murah ternyata mulai pudar. Batam telah menjadi kota yang sama dengan kota-kota lain di pulau Sumatra. Sudah tidak ada hal yang istimewa. Mungkin buat turis Singapore Batam masih menjadi tempat berlibur kuliner yang murah. Mungkin loh!

Batam masih berpotensi untuk menjadi kota pariwisata dan bisnis yang terkemuka di kawasan Sumatra, Riau. Tetapi, semua ini perlu kebijakan yang cerdas dan komitmen yang konsisten.

Sudah sangat sering saya pergi ke Batam, seingat saya sejak tahun 1992 an saya sudah suka jalan-jalan ke kota Batam. Memang pada awalnya perkembangan kota Batam luar biasa ambisius, ada semangat yang luar biasa pada saat itu untuk menjadi kota penyaing Singapore, tapi semenjak tahun 2000 an ada perlambatan dan rasa tidak percaya masyarakat di Batam untuk menjadikan  Batam sebagai kota tandingan Singapore.

Pagi hari sebelum check out dari Hotel Planet Holiday untuk kembali ke Jakarta. Saya menyempatkan diri untuk melihat lingkungan sekitar hotel tersebut melalui balkon hotel. Pandangan pertama saya langsung tertuju pada pinggiran kota Singapore.  Dari balkon kamar 620 hotel Planet Holiday tersebut terlihat laut yang memisahkan Singapore dan Batam, laut yang terisi oleh kapal-kapal raksasa pengangkut barang. Pinggiran Singapore dengan gedung-gedung pencakar langit yang begitu luar biasa modern. Sedang di sisi Batam tidak ada satu pun gedung pencakar langit, yang terlihat dari pandangan saya hanya sekitar empat gedung tinggi, yaitu Swiss Belhotel, Hotel Oasis, dan dua gedung lainnya yang namanya tidak terbaca oleh saya.  Saya merenung sejenak memikirkan ambisi Batam tempo dulu untuk menjadi kota penanding Singapore, tapi sekarang ini dari balkon hotel, saya melihat Batam sangat lambat larinya dan Singapore begitu luar biasa energinya untuk membangun negerinya.