Memahami Bagian Bumi Yang Kita Huni

“Manusia Tidak Mungkin Bisa Menghentikan Gempa Bumi, Tapi Manusia Masih Bisa Mengurangi Korban Gempa Bumi Asal Manusia Mau Memahami Perilaku Buminya.” – Djajendra

Kita hidup di dalam bumi yang hidup. Bumi yang kita huni ini bukanlah benda mati, tapi dia hidup dan bernyawa seperti diri kita. Saat bumi harus meregangkan tubuhnya, maka gerakan-gerakan bumi menciptakan bencana-bencana buat kita. Sesungguhnya semua bencana yang dihasilkan bumi yang hidup ini bisa diatasi oleh manusia asal manusia mau memahami perilaku buminya dan mau menyesuaikan pola hidupnya sesuai dengan kebesaran buminya.

Sangatlah salah bila manusia menganggap bumi ini benda mati. Sangatlah salah bila manusia berpikir mampu mengeksplorasi bumi  sesuka hati. Sangatlah salah jika manusia berpikir mampu menaklukkan bumi.

Bumi tidak pernah diam, bumi terus beraktifitas di dalam kehidupannya. Manusia harus menjadi lebih pintar dan lebih berempati kepada bumi, agar manusia yang menghuninya bisa menjalani kehidupan sambil memahami perilaku buminya.

Setelah serangkaian gempa-gempa besar di bumi Indonesia. Kita seharusnya banyak belajar bahwa bumi yang kita huni ini mengharuskan kita untuk menjalani pola kehidupan yang disesuaikan dengan kondisi bumi kita ini. Gedung-gedung bertingkat yang rubuh dan memperangkap saudara-saudara kita di kota padang oleh gempa berkekuatan  7,6 Skala Richter, yang juga telah merusak banyak infrastruktur sumatra barat, seharusnya menjadi sebuah awal untuk menyesuaikan kualitas dan kekuatan bangunan infrastruktur yang mampu bertahan dari bumi yang bergerak dengan kekuatan tinggi.

Sebagian besar wilayah Jepang adalah daerah gempa, sama seperti wilayah Indonesia. Tetapi masyarakat Jepang sangat memahami bumi yang mereka huni, dan mereka pun mampu menyesuaikan kualitas dan kekuatan bangunan rumah dan fasilitas lainnya untuk menghadapi gempa-gempa besar. Beberapa gempa besar mulai dari tsunami Aceh, Nias, dan gempa Jogjakarta, Tasikmalaya, Sumatra Barat, dan bagian-bagian Indonesia yang lainnya, seharusnya menjadi titik awal kebangkitan Bangsa Indonesia untuk mulai memahami buminya, dan mulai memperhatikan setiap aspek kualitas gedung-gedung dan infrastruktur agar tahan gempa. Semoga kita mau belajar dari reruntuhan Hotel Ambacang  dan gedung LIA di Padang.

Seperti kata sahabat saya si orang Jepang bahwa gempa merupakan bagian dari kehidupan dia sejak kecil. Sebab, bumi yang ia huni selalu bergoyang oleh gempa, tapi secara turun – temurun orang Jepang memahami hal ini, dan tidak berani membangun bangunan yang tidak sesuai dengan perilaku buminya. Kita semua sangat berdukacita melihat begitu banyak korban manusia oleh gempa-gempa yang terjadi di bumi kita. Mungkin kita semua harus segera menyesuaikan pola kehidupan kita dengan bumi kita, agar tidak ada lagi korban-korban  yang berjumlah terlalu besar oleh gempa bumi.