“Krisis Yang Menimpa Di Hari Ini Merupakan Kekeliruan Dan Kesombongan Dalam Membuat Keputusan Di Masa Lalu.”-Djajendra
Jika Anda seorang pemimpin korporasi yang tangguh, badai krisis seperti apa pun pasti mampu Anda atasi, dan Anda tidak mungkin berkeluh kesah di hari ini.
Krisis ekonomi adalah sesuatu hal yang wajar dan pasti akan terjadi.
Sejarah ekonomi telah menuliskan kisah-kisah bencana kehidupan korporasi dari zaman ke zaman, tetapi sayangnya banyak korporasi lalai belajar dari sejarah yang ada. Krisis yang menimpa di hari ini merupakan kekeliruan dan kesombongan dalam membuat keputusan di masa lalu.
Persoalan utama dari krisis ini adalah ketidakmampuan fungsi manajemen risiko dalam mengantisipasi penurunan pendapatan akibat turunnya permintaan oleh alasan krisis, serta ketidakmampuan korporasi untuk tidak melakukan PHK. Pertanyaannya, apakah korporasi telah menjalankan fungsi manajemen risiko dengan benar, atau masih memahami manajemen risiko sebatas alat mengidentifikasi, mengukur, memetakan, dan menangani risiko? Apakah sesederhana itu pemahaman manajemen risiko? Jika korporasi mengira manajemen risiko sebatas definisi dari para pengarang buku, maka korporasi sedang menuju ke pusat bencana.
Manajemen risiko yang dipelajari saat ini lebih terfokus pada kutak-katik angka dengan berbagai skenario dugaan, atau pun dengan prediksi-prediksi berdasarkan angka-angka imajinasi. Di mana, semua hal yang tidak pantas untuk diangkakan telah coba diangkakan, dan hal ini telah menunjukkan hasil dari ambruknya raksasa-raksasa korporasi dunia oleh kegagalan menerapkan manajemen risiko secara benar dan tepat.
Resesi yang muncul di hari ini adalah contoh dari kegagalan pemahaman dan penerapan manajemen risiko secara tepat dan benar.
Selalu ada kecendrungan bahwa hampir semua korporasi suka menyeragamkan persoalan, dan memahami manajemen risiko sebagai kekuatan internal control saja. Padahal risiko ada yang terlihat dan ada juga yang sulit teridentifikasi oleh alat-alat ukur internal control.
Pemahaman manajemen risiko ke depan haruslah di dasarkan oleh kekuatan moral dari semua kekuatan sumber daya manusia; kekuatan sistem, prosedur, dan kebijakan yang fokus pada pengendalian risiko sejak dini; kekuatan budaya kerja yang fokus pada produktivitas, efektivitas, efisiensi, dan profitabilitas. Di mana, semua ini harus di kerjakan dalam sebuah standar kerja yang di isi oleh kejujuran dan niat baik.
Setiap sumber daya manusia harus secara jujur menyadari bahwa turunnya semangat kerja; turunnya semangat untuk bekerja dengan efisien; turunnya semangat untuk bekerja dalam produktivitas tinggi; turunnya etika dan moral kerja, pasti akan menjadi awal menuju bencana krisis. Oleh sebab itu, korporasi harus memiliki konsep manajemen risiko yang sesuai dengan tantangan bisnis dan tantangan non bisnis yang mungkin ada dalam perjalanan korporasi tersebut. Perlu di ingat, walaupun bisnis korporasi sejenis dan seukuran belum tentu jenis risikonya sama. Jenis risiko sangat beragam, untuk itu korporasi harus secara berhati-hati dengan daya kreatifitas tinggi menutup atau memagari setiap benih risiko dengan kepastian.
Berikut tips untuk membangun konsep manajemen risiko yang andal di korporasi Anda:
- Top manajemen wajib mendukung setiap upaya untuk memagari dan menutup risiko yang mungkin timbul.
- Top manajemen wajib mendukung kreatifitas sumber daya manusianya dalam menemukan berbagai potensi risiko yang mengancam eksistensi bisnis perusahaan.
- Top manajemen wajib mendukung setiap perubahan menuju perbaikan untuk menutup setiap lubang risiko.
- Setiap unit kerja dilibatkan dalam setiap perencanaan, untuk mampu melihat semua sisi dari aspek kerja dan aspek bisnis yang mungkin menimbulkan risiko.
- Top manajemen harus memahami setiap risiko dari setiap keputusannya dan segera memagarinya dengan kepastian.
- Top manajemen wajib menginformasikan kepada setiap unit kerja untuk mengamankan setiap titik dari potensi risiko yang ada.
- Setiap sumber daya manusia harus mendapatkan gambaran yang jelas tentang visi, misi, dan risiko-risiko yang melekat dalam sebuah kebijakan.
- Top manajemen harus menjelaskan dan menggambarkan bahwa setiap tindakan pasti ada risikonya. Oleh sebab itu, setiap orang harus mengerti tentang segala jenis potensi risiko yang melekat bersama korporasi.
- Top manajemen harus tahu cara-cara membantu dan menolong para stafnya, saat mereka memerlukan pertanyaan, perhatian, kepedulian, atau tantangan dari risiko yang ada.
- Setiap orang di korporasi harus percaya diri dan bertanggung jawab, untuk memperhatikan, menutup dan memagari setiap lubang risiko yang berbahaya buat kelangsungan korporasi.
- Setiap kekuatan sumber daya manusia harus memahami bahwa semua kerja keras mereka tidaklah sempurna. Oleh sebab itu, mereka wajib berhati-hati, selalu buka mata dan buka pikiran, dalam upaya mengantisipasi risiko-risiko yang tak terlihat, tak terukur, tak teridentifikasi, tak terpetakan, dan tak tertangani dengan baik.
“Risiko Itu Benih Bencana, Benih Bencana Yang Mungkin Tidak Pernah Ada Dalam Imajinasi Dan Pengetahuan Anda.”-Djajendra
Untuk seminar/training hubungi www.djajendra-motivator.com