Site icon MOTIVASI DJAJENDRA

Ketika Kejujuran Sebagai Formalitas

Kejujuran merupakan sebuah kata yang sering sekali diucapkan sejak zaman purba sampai zaman hari ini di seluruh pelosok bumi. Tetapi kejujuran tidak sesakti maknanya, dia hanya sebuah kata yang tumbuh dan berkembang di dalam perilaku orang – orang tertentu, yang mungkin jumlahnya sangat – sangat sedikit sekali. Dan di perilaku orang kebanyakan, kejujuran hanya menjadi pemanis buat formalitas kelangsungan hidup.
Kejujuran itu sendiri adalah sebuah pohon yang akar -akarnya merupakan integritas dari kebenaran, batang dan rantingnya sebagai kredibilitas dari perbuatan baik, daunnya sebagai sikap dari keteladanan, bunga dan buahnya sebagai rasa kedamaian atas semua kenyamanan batin dan raga.
Semua orang pada dasarnya ingin menjadi orang yang jujur dan berguna bagi sesamanya. Tetapi situasi dan kondisi yang sangat beragam dengan tantangan hidup yang berbeda telah menciptakan lingkungan – lingkungan hidup yang bermacam – macam pola dan perilakunya dalam memaknai kelangsungan hidup mereka. Ada orang yang merasa cukup dengan jumlah materi dalam ukuran tingkat kepuasan hidup tertentu, dan ada pula orang -orang yang tidak pernah merasa kenyang dan puas selama hidupnya. Sikap tidak merasa kenyang dan puas tersebut bila didorong oleh pikiran negatif, maka sudah pasti kejujuran hanya akan menjadi formalis pemanis perilakunya. Kejujuran memang tidak selalu jujur, kadang kejujuran juga suka berbohong agar dia tetap dapat eksis di perjalanan hidupnya. Kejujuran yang suka berbohong inilah yang saya sebut dengan istilah “kejujuran sebagai formalitas”.
Sudah menjadi rahasia umum pada saat ini, ketika slogan, motto, misi, dan lain sebagainya telah di jadikan sebagai alat propaganda untuk mengekspresikan kejujuran dalam makna kejujuran formalitas sebagai komitmen dari semua pelayanan kepada masyarakat ataupun kepada para customer. Media masa dan teknologi changgi telah menjadi alat terefektif untuk mensosialisasikan semua nilai – nilai dari kejujuran formalitas. Sehingga pada akhirnya oleh kebanyakan orang berpikiran bahwa kejujuran formalitas itulah kejujuran sesungguhnya. Hal ini telah membuat makna kejujuran bergeser, yaitu kejujuran itu dimaknai sebagai berbohonglah agar Anda tetap eksis dalam perjalanan hidup ini.
Apakah kejujuran sejati telah dikhianati oleh kejujuran formalitas?, atau pengkhianatan itu hanya untuk kebaikan agar semua mimpi – mimpi kehidupan setiap orang yang menjadikan kejujuran formalitas sebagai topeng kebaikan hidup mampu mencapai keinginan – keinginannya secara sempurna. Apa pun itu jawabannya, kita harus mengakui realitas hidup yang dikuasai oleh kejujuran formalitas. Sedangkan kejujuran sejati sudah sangat langka dan hampir punah, dan mungkin tidak ada orang yang ingin melestarikannya.
Kejujuran formalitas pada saat ini menjadi alat propaganda yang telah melangkah ke dalam kehidupan mental, sosial, dan emosional dari orang – orang yang masih berbicara tentang moralitas dari persepsi dirinya, akan tetapi mereka merasa tidak bahagia dan tidak nyaman kepada kesaktian makna kejujuran. Hal ini disebabkan, mereka tidak mampu lagi membedakan antara kejujuran formalitas dengan kejujuran sejati. Ketika maknanya sudah tidak bisa di mengerti lagi, maka kekosongan jiwa dan kekacauan pikiranlah yang akan dihasilkan. Jangan heran kalau banyak orang yang terlihat hebat dan mengagumkan ternyata hidup dalam kesunyian abadi. Hal ini mendorong mereka semua untuk terjun ke dalam dunia spiritualitas agar mampu mendapatkan kedamaian jiwa dan raga. Tetapi mereka lupa, bahwa kedamaian jiwa sejati hanya mampu diberikan oleh kejujuran sejati.
Apakah manusia mampu hidup dalam kejujuran sejati?. Manusia sebenarnya bukanlah simbol kesempurnaan, tetapi manusia tidak lebih dari sebuah kreatifitas tanpa batas yang selalu hidup dalam ketidaksempurnaan.
Perjalanan hidup setiap orang di bumi ini harus selalu secara pasti melalui tikungan bahagia, dan tikungan penderitaan. Kedua tikungan ini merupakan takdir dari sebuah perjalanan hidup yang tidak bisa dimaknai dengan kejujuran formalitas. Bahagia dan penderitaan adalah sebuah kejujuran sejati yang tidak mungkin bisa diingkari oleh siapapun. Oleh karena itu, sudah saatnya setiap orang mulai memikirkan makna hidup sesungguhnya dalam wujud kejujuran sejati.
Kejujuran formalitas hanya akan menjadi ladang subur bagi penderitaan mental, emosi, dan kedamaian jiwa. Kejujuran formalitas telah mengkhianati kejujuran sejati dalam semua aspek kehidupan. Dan Hal ini jelas akan menciptakan dampak yang besar kepada pertumbuhan pikiran positif. Apabila pikiran positif mulai melemah, maka pikiran negatif akan menguasai semua aspek kehidupan dari seseorang, jelas ini akan menjadikan orang tersebut hidup dalam ketidakstabilan jiwa dan raga.
Kejujuran sejati seharusnya dilestarikan dan dirawat oleh setiap orang dalam pikiran dan perilakunya secara wajar dan baik, dan menyingkirkan kejujuran formalitas dari semua lingkungan kehidupan setiap orang agar kehidupan ini bisa memberi makna damai dan bahagia kepada setiap manusia.
Pertanyaannya adalah apakah manusia mampu hidup dalam kejujuran sejati dalam lingkungan dunia yang penuh godaan Kemewahan ini?……Silakan Anda renungkan sendiri. Pastikan Anda adalah seorang pribadi yang mampu melestarikan kejujuran sejati.

Exit mobile version