”Ketika Pemimpin Dan Karyawan Menjalankan Budaya Konspirasi Buat Kepentingan Pribadi, Maka Good Governance Akan Mati.” – Djajendra
Ketika pemimpin atau pun karyawan berkonspirasi untuk mengisi kantong-kantong pribadi secara tidak jujur, maka etika bisnis dan code of conduct akan terabaikan dan terlupakan, termasuk semua kekuatan dan keunggulan perusahaan akan menjadi tidak berdaya.
Praktik bad corporate governance melalui budaya konspirasi akan menciptakan kerusakkan moral dan mental di semua aspek organisasi secara total. Hal ini akan mengakibatkan rusaknya semua aspek fundamental perusahaan, dan secara perlahan-lahan perusahaan akan masuk ke dalam masalah besar.
Perusahaan yang menjalankan praktik good corporate governance haruslah tetap melakukan evaluasi dan memperkuat sistem, prosedur, dan etos kerja secara periodik, agar tidak ada pihak di internal perusahaan yang bermain dalam budaya konspirasi.
Budaya konspirasi selalu tidak terlihat secara kasat mata, tapi dia hidup subur dalam organisasi dengan pemimpin dan karyawan yang tidak jujur. Oleh sebab itu, akan sangat sulit untuk membuktikan terjadinya konspirasi yang merugikan organisasi.
Para pelaku budaya konspirasi biasanya adalah orang-orang yang sangat cerdik, yang sangat pintar menata organisasi perusahaan untuk dimanfaatkan buat keuntungan pribadi. Dan semua praktik organisasi selalu berjalan tanpa hati nurani yang baik buat kemajuan dan kesuksesan organisasi. Mereka biasanya memanfaatkan semua fasilitas dan kemudahan yang ada buat keuntungan pribadi, untuk dijadikan sebagai lahan subur mengisi pundi-pundi pribadi.
Mencari bukti dalam budaya konspirasi sama seperti mencari sebuah jarum kecil di tumpukkan jerami.
Pada umumnya para pelaku budaya konspirasi sangat cerdik untuk menerapkan semua sistem dan kultur yang hebat di organisasi, tapi semua itu hanya bersifat formal dan tidak bersifat kultural.
Budaya konspirasi adalah sebuah budaya yang membuat semua pelakunya terlibat dalam persekongkolan yang terfokus pada upaya mencari keuntungan pribadi semaksimal mungkin. Mereka tidak terlalu peduli pada etika dan moral, biasanya etika dan moral hanya dijadikan sebagai slogan yang berwajah semu, tapi tidak menjadi realitas di kehidupan sehari-hari. Mereka selalu bertopengkan good governance, yang biasanya terlihat rapi dan tersusun indah di rak kantor, tapi semua itu hanya bersifat formal dan tidak menjadi budaya sehari-hari.
Budaya konspirasi menciptakan perilaku kolusi yang merugikan masa depan organisasi. Budaya konspirasi selalu dicintai oleh para pemimpin yang bernafsu mencari kekayaan maksimal secara instant. Budaya konspirasi adalah racun berbahaya yang merusak kesehatan organisasi. Oleh sebab itu, sangatlah bijaksana bila para pemimpin tidak membudayakan konspirasi, tapi menjaga organisasi agar tetap kuat dan sehat melalui praktik bisnis good corporate governance yang menguntungkan stakeholder.